ZIARAH DI KOMPLEK
PEMAKAMAN SUNAN BAYAT
DI GUNUNG JABALKAT
DREAMGEDE Tour & Travel mengajak anda ke Makam Tembayat, makam dari Sunan Bayat yang terletak di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, yang terletak di atas perbukitan Gunung Jabalkat. Lokasi makam yang berada di ketinggian 860 meter dpl ini dapat dicapai dengan terlebih dahulu menaiki 250 anak tangga. Bukan hal yang memberatkan untuk memasuki sebuah kawasan wisata. Tetapi jika harus menaiki 250 anak tangga yang cukup menanjak terlebih dahulu untuk bisa menikmati kawasan itu baru terasa berat bagi sebagian orang.
Sunan Bayat adalah seorang tokoh religius penyebar agama Islam di kawasan Jawa Tengah pada abad 16. Sunan Bayat berjuang menyebarkan agama Islam pada waktu yang sama dengan Wali Sanga. Dan karena kebesaran nama dan pengaruhnya, Sunan Bayat bahkan dianggap sebagai Wali yang kesepuluh dari Wali Sanga.
Sunan Bayat yang memiliki banyak nama dan sebutan adalah murid dari Sunan Kalijaga. Setelah mendapatkan pencerahan dan menyebarkan agama Islam dari kawasan Bayat, sosoknya mendapatkan julukan Sunan Bayat. Namun ada juga yang menamainya sebagai Sunan Tembayat, Sunan Padang Aran, Sunan Pandanaran, atau Ki Ageng Pandanaran. Info wisata Ziarah WA 081904169982 / SMS 08156504380
Kompleks pemakaman Sunan Bayat dibangun pada tahun 1620 M oleh raja besar Mataram, Sultan Agung. Sebelum dijadikan kompleks pemakaman oleh Sultan Agung, makam Sunan Bayat diperkirakan sudah dibangun sejak tahun 1526 M, seperti yang tertera pada Gapura Segara Muncar (1448 Saka) yang terdapat di bawah bukit dan berfungsi sebagai pintu gerbang pertama pemakaman.
Kompleks pemakaman yang pernah dianggap sebagai salah satu kompleks pemakaman termegah di era Kerajaan Mataram ini memiliki bagian-bagian yang menunjukan budaya peralihan dari Hindu ke Islam.
Hal itu dapat dilihat dari keberadaan gapura-gapura Hindu di dalam kompleks pemakaman. Namun yang membuat gapura ini berbeda adalah tidak adanya ornamen binatang seperti yang biasa ada dalam gapura Hindu. baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2017/01/video-shooting-untuk-shooting-iklan-di.html
Masjid Sunan Tembayat
Dan memang masa perjuangan Sunan Bayat dalam menyebarkan agama Islam adalah pada masa transisi kekuasaan dan kebudayaan dari kerajaan Hindu Buddha Majapahit ke kerajaan Islam Mataram.
SEJARAH SUNAN PANDANARAN
Makam Sunan Pandanaran di Klaten hingga kini masih dibanjiri para peziarah. Mereka datang dari berbagai daerah, selain dari daerah Klaten dan sekitarnya juga berasal dari kota- kota besar di tanah air. Terlebih pada malam Jum'at Legi dan Jum'at Kliwon, kompleks makam penuh sesak orang yang hendak berziarah.
Setiap hari Makam Sunan Pandanaran didatangi para peziarah. Pada peziarah datang di makam mantan Bupati Semarang pertama tersebut di Dusun Paseban Kelurahan Bayat Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Mereka datang dari berbagai daerah di tanah air.
Banyak kalangan yang meyakini bila makam yang berada di puncak Gunung Jabalkat dengan ketinggian 1.750 meter di atas permukaan air laut bisa menghantarkan menjadi kaya raya dan melanggengkan kedudukan di Pemerintahan. Namun bukan Sisi itu yang di angkat, tujuan kilasan ini hanya napak tilas dari Sunan Pandanaran yang konon amat kaya dan memegang kedudukan tinggi di Semarang Namun sombong, angkuh dan semena mena, sebelum ahirnya disadarkan oleh Sunan Kalijaga dan menjadi pendakwah dalam penyebaran Islam di tanah jawa.
Sebelum menjadi pendakwah. Sunan Pandanaran adalah Bupati pertama Semarang. Semasa menjadi Bupati ia menggunakan nama Ki Ageng Pandanaran II. Dan ketika menjadi penguasa nomor satu di Kabupaten Semarang ia terkenal dengan kecongkaan dan kesombongannya. Selain itu, Ki Ageng Pandanaran II selalu mengagungkan harta kekayaannya.
Suatu saat datanglah Sunan Kalijaga yang waktu itu memakai nama samaran Syekh Malaya menemui Bupati Semarang. Tujuannya adalah untuk menyadarkan sang Bupati dari gemerlapnya kehidupan. Berkat ketelatenan Sunan Kalijaga dalam menyadarkan dirinya, akhimya sang Bupati mau bertobat dan selanjutnya menjadi muridnya. Waktu untuk menjadi murid Sunan Kalijaga syaratnya tidak mudah.
Syarat yang harus dilakukan Ki Ageng Pandanaran II untuk bisa menjadi murid Sunan Kalijaga adalah harus meninggalkan jabatan dan gemerlapnya kehidupan duniawi. Selain itu ia di suruh ke daerah Bayat, Wedi, Klaten untuk membuktikan inilah Ki Ageng Pandanaran disuruh oleh Sunan Kalijaga untuk menunggui tongkatnya yang sengaja ditinggalkan sampai ia kembali lagi ke tempat itu. Ini semua tiada lain untuk membuktkan kebulatan tekad dan kesetiaan Ki Ageng Pandanaran yang ingin berguru.
Bertahan tahun lamanya Ki Ageng Pandanaran menunggui tongkat tersebut. Karena kepatuhannya kepada sang guru, ketika sedang bertapa sambil menunggui tongkat itu, tiba - tiba di lokasi sekitarnya terjadi kebakaran yang hebat. Tapi ia tak pernah menghiraukan kobaran api itu yang sempat mengenai dirinya. Bahkan akibat kebakaran itu menyebabkan tubuhnya menjadi gosong.
Setelah Sunan Kalijaga kembali ke tempat itu untuk mengambil tongkatnya, ia dikejutkan oleh kondisi Ki Ageng Pandanaran yang telah gosong atau geseng. Saat itu diberi nama Sunan Geseng atau Sunan Bayat.
Pandanaran seorang murid yang cerdas dan rajin. Berkat kecerdesannya, ia ditugaskan untuk menyiarkan agama Islam di sekitar daerah tersebut. Ia pun mendirikan sebuah perguruan di Gunung Jabalkat. Ajaran Ki Ageng Pandanaran yang paling menonjol dikenal dengan istilah Patembayatan, yaitu kerukunan dan kegotongroyongan. Setiap orang yang datang untuk memeluk agama Islam harus mengucapkan Sahadat Tembayat. Berkat ajaran Patembayatan, ia juga berhasil mendirikan sebuah masjid di Bukit Gala. Tepatnya di puncak gunung Jabalekat yang berada di desa Tembayat, sebelah tenggara kota Klaten.
Perihal Masjid Gala yang di bangun oleh Sunan Pandanaran di atas gunung Jabalekat itu punya cerita yang amat menarik pada waktu itu, jika Ki Ageng Pandanaran tengah mengumandangkan adzan subuh dari masjid, konon suaranya terdengar sampai keraton Demak yang jaraknya lebih dari 100 km dari Bayat. Karena masih tidur dan merasa terganggu, ada seorang pejabat Demak yang kemudian mengutus prajuritnya. Untuk mengingatkan adzan Ki Ageng Pandanaran serta merta meminta untuk menurunkan letak masjidnya.
Lantaran kezuhudannya terhadap Allah SWT, sebelum utusan kerajaan Demak tiba di Jabalekat terlebih dahulu Ki Ageng Pandanaran sudah menurunkan letak masjid dari gunung Jabalekat sedikit ke bawah dengan di Bantu para santri dan jin muslim. Konon dalam memindahkan kayu - kayu masjid, cukup diikatkan dengan tali kain surbannya.
Allah Maha Besar, melalui perantara hamba-Nya, Sunan Pandanaran, masjid yang usianya lebih dari 500 tahun itu bisa dipindahkan cukup hanya dengan beberapa tali sorban Sang Ulama Besar itu. Jasa Sunan Pandanaran amat besar. Sampai kemudian Sunan Kalijaga berkenan datang meresmikannya sebagai Wali pada malam Jum'at Kliwon dalam bulan ruwah dengan gelar Sunan Tembayat.
Selain pengetahuan agama, Ki Ageng Pandanaran juga mengajarkan cara bercocok tanam dan cara bergaul dengan baik kepada penduduk sekitarnya. Setelah itu, ia pun menetap di Jabalkat hingga akhir hayatnya. Daerah Jabalkat dan sekitarnya sekarang dikenal dengan nama Tembayat atau Bayat. Itulah sebabnya ia diberi gelar Sunan Tembayat atau Sunan Bayat. Hingga kini, makam Ki Ageng Pandanaran dapat ditemukan di atas Bukit Cakrakembang di sebelah selatan bukit Jabalkat, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2016/11/wisata-watu-giring-yogyakarta-tempat.html
Demikianlah, hikayat Ki Ageng Pandanaran dari daerah Klaten, Jawa Tengah. Kisah sejarah yang mengandung pesan-pesan moral. Salah satunya adalah bahwa jangan sampai kemewahan duniawi membuat kita lupa diri seperti Ki Ageng Penandaran. Oleh karena sibuk mengejar kemewahan duniawi, akhirnya ia lupa pada kehidupan akhirat yang kekal. Namun, sejelek-jelek perbuatan seeorang, jika ia segera bertaubat, maka Tuhan akan mengampuni dan manusia pun akan memaafkannya. Berkat kesadarannya ingin cepat bertaubat, Ki Ageng Pandanaran direstui menjadi murid Sunan Kalijaga hingga akhirnya menjadi seorang sunan penyebar agama Islam di Jawa Tengah pada masa lalu dan terus dikenang hingga saat ini. INFO WISATA RELIGI WALISONGO 081904169982
Sunan Bayat yang dipercaya sebagai seorang Bupati Semarang sebelum dirinya menjadi seorang pemimpin agama adalah tokoh utama dalam kompleks pemakaman Tembayat. Kompleks pemakaman yang berada di Gunung Cokro Kembang (bagian dari perbukitan Gunung Jabalkat) terbagi dalam beberapa bagian penting sebelum peziarah mencapai makam Sunan Bayat yang berada pada bagian paling atas.
Dimulai dari pintu gerbang pertama adalah Gapura Segara Muncar, lalu Gapura Dhuda, dan pintu ketiga yaitu Gapura Pangrantungan. Gapura Pangrantungan berada di “garis finis” dari 250 anak tangga menuju makam.
Di kompleks gapura ini terdapat Bangsal Nglebet (untuk tamu wanita) dan Bangsal Jawi (untuk pria) sebagai lokasi beristirahat dan menghela nafas setelah lelah menapaki anak tangga.
Di bangsal ini pula, pengunjung wajib mendaftarkan diri sebelum masuk ke area pemakaman. Pengunjung kembali harus mengeluarkan “uang donasi” di bangsal ini untuk biaya tiket. Dari bangsal ini pengunjung kemudian mengarah ke kompleks pemakaman sahabat Sunan dan kembali akan menemukan Gapura Panemut yang juga memiliki gaya bangunan Hindu. INFO wisata Jogja WA 081904169982
Gapura Panemut
Masuk lebih dalam lagi kita akan melewati Gapura Pamuncar, Gapura Balekencur, dan Gapura Prabayeksa, gapura terakhir sebelum memasuki makam Sunan. Dari gapura terakhir tadi pengunjung akan bertemu dengan seorang juru doa yang duduk di depan sebuah perapian yang terletak di bawah Regol Sinaga.
Gapura Pamuncar
Juru doa ini adalah seseorang yang dapat dimintai bantuan untuk memintakan izin dan mendoakan peziarah yang datang mengunjungi makam Sunan Bayat. Di kanan dan kiri Regol Sinaga yang berpintu tiga diletakan masing-masing sebuah gentong yang diberi nama Gentong Sinaga, yang dipercaya sebagai padasan atau tempat air wudhu Sunan Bayat. Beberapa peziarah yang datang atau meninggalkan makam Sunan selalu menyempatkan diri untuk meminum air dari dalam gentong atau menyimpan sedikit dalam botol untuk dibawa pulang. Dari Regol Sinaga pengunjung dapat langsung masuk ke dalam bangunan utama yang terdapat di puncak bukit ini.
MAKAM SUNAN PANDANARAN
Di dalam bangunan inilah Sunan Bayat dimakamkan. Makam Sunan Bayat terdapat di tengah bangunan tersembunyi dalam bilik kayu berbentuk persegi mirip seperti Ka’bah di Mekah. Banyak peziarah yang masuk, akan mengantri di samping makam untuk dapat mendekati makam Sunan. Beberapa dari mereka juga terlihat sibuk menyalin teks Jawa yang tertulis pada sebuah batu yang diletakan di samping makam.
Di samping makam Sunan Bayat terdapat dua makam istri Sunan Bayat yaitu Nyi Ageng Kali Wungu dan Nyi Ageng Krakitan. Sementara (bagian dalam) di depan pintu masuk bangunan utama terdapat beberapa makam sahabat-sahabat Sunan Bayat. Info wisata Jogja WA 081904169982 / BBM 5513A5A6.
Dari dalam makam Sunan Bayat pengunjung kemudian dapat mengunjungi dua makam sahabat Sunan yang berada di bagian luar bangunan utama. Dua makam itu adalah makam Dampu Awang dan Ki Pawilangan. Dampu Awang dipercaya sebagai seorang pedagang dari Semarang dan dia adalah seorang keturunan Tionghoa. Makam Dampu Awang tampak berbeda dengan makam lainnya karena ukuran panjang yang tidak biasa. Ukuran makam Dampu Awang tampak sangat panjang daripada makam-makam lain yang ada didekatnya termasuk milik Ki Pawilangan.
Makam Ki Pawilangan dan Dampu Awang
Sebuah tradisi unik sering dilakukan oleh para peziarah saat mengunjungi makam Dampu Awang dan Ki Pawilangan.
Tersebar cerita kuno bahwa bagi siapa yang berhasil menyentuh dua batu nisan (masing-masing di bagian ujung) makam Dampu Awang dengan membentangkan tangannya, maka keinginannya akan terkabul. Dan bagi kerabat yang pertama menyentuh orang yang berhasil tadi juga akan mendapatkan sebagian dari berkahnya.
Sedangkan cerita kuno pada makam Ki Pawilangan adalah bagi siapa yang menghitung jumlah batu hias pada makam sebanyak tiga putaran dengan jumlah berbeda dan membesar.
Maka dia akan mendapatkan berkah. Sementara jika hasil perhitungan selama tiga kali menghasilkan jumlah menurun maka dia akan mendapatkan kebalikannya. baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2015/08/pusat-rental-ac-murah-yogyakarta-rental.html
Kebanyakan pengunjung yang datang ke kompleks pemakaman Sunan Bayat adalah para peziarah yang datang dari Jawa Tengah terutama Semarang. Hal ini bisa jadi karena latar belakang asal-usul Sunan yang datang dari Semarang sebelum menjalani hidup religius di bawah bimbingan Sunan Kalijaga.
Selain makam Sunan Bayat, pengunjung juga dapat mengunjungi Masjid Golo, dengan bedugnya, yang dibangun oleh Sunan Bayat. Ada juga makam Syeh Domba di Gunung Cakaran, pengikut setia Sunan, yang diceritakan pernah berkepala domba karena merampok istri Sunan. Atau makam Syeh Kewel di Makam Sentana, pengikut setia Sunan, yang diceritakan pernah berkepala Ular karena juga turut merampok istri Sunan.
Pemandangan di Bukit Jabalkat
Dan seperti halnya kawasan sakral lainnya di Jawa, DREAMGEDE Tour Travel mengundang anda melihat acara budaya yang sudah menjadi tradisi. Upacara Ruwatan atau Jodangan digelar oleh warga di sana setiap tanggal 27 pada hari Jum’at Kliwon di bulan Ruwah. Upacara ini adalah upacara peringatan jasa besar Sunan Bayat yang digelar dengan rangkaian upacara bersih makam, mengganti kain penutup makam, selamatan, serta pertunjukan Reog. baca juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2014/04/lost-in-jogja-gampang-kami-solusinya.html
Untuk dapat mencapai lokasi kompleks pemakaman Sunan Bayat yang terletak di Kecamatan Bayat, perjalanan dengan mobil atau motor dapat dipilih. Kurang lebih perjalanan akan memakan waktu kurang dari satu jam dari kota Solo. Jalur terdekat yang dapat diambil adalah jalur Wonosari, Juwiring, Pedan, Cawas/ Trucuk kemudian Bayat. Jalur ini lebih cepat ditempuh daripada harus masuk melalui jalur Klaten kota.
WA 081 904169 982
BBM 5513A5A6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar