TERNYATA DI YOGYAKARTA ADA TEMPAT RELIGI ISLAM
Yogyakarta tidak hanya menyajikan wisata budaya, alam , pendidikan, penelitian dan lainnya. Ternyata Yogyakarta punya tujuan wisata religi Islami. inilah tempat yang menyejukan hati. ( DREAMGEDE Wisata Jogja 081904169982 )
Masjid Gedhe Kauman di Kraton Kasultanan Yogyakarta sebagai kerajaan Islam dalam perundingan Giyanti
pada tahun 1755. Masjid Gedhe Kauman berdiri 18 tahun kemudian setelah
perjanjian Giyanti. Keistimewaan Masjid Gedhe Kauman adalah
satu-satunya masjid raya di Indonesia yang berumur lebih 200 tahun
menyimpan begitu banyak potensi sejarah di dalamnya.
Gaya
arsitekturalnya yang kental dengan nuansa Kraton menjadi daya tarik
tersendiri untuk dijadikan objek wisata sejarah bagi wisatawan lokal
maupun asing.
Posisi Masjid Gedhe Kauman tidak jauh dari Kraton
Yogyakarta, sebelah barat tepat disamping Alun-alun Utara. INFO WISATA WA 081904169982
Bila kita melihat bagian atap masjid ini menggunakan sistem atap tumpang
tiga dengan mustaka yang mengilustrasikan daun kluwih dan gadha.
Sistem
atap tumpang tiga ini memiliki makna kesempurnaan hidup melalui tiga
tahapan kehidupan manusia yaitu, Syariat, Makrifat dan Hakekat.
Perubahan jaman dengan segala peristiwanya telah membuat bangunan masjid
ini berkembang dan berbeda dengan masa lalunya.
KLIK Juga : http://cermin-jayaperkasa.blogspot.co.id/2017/01/jual-pengharum-ruangan-yogyakarta-jual.html
Pada tahun 1867 terjadi
gempa besar yang meruntuhkan bangunan asli serambi Masjid Gedhe Kauman diganti dengan menggunakan material yang khusus diperuntukkan bagi bangunan kraton. Tidak ketinggalan pula lantai dasar masjid yang terbuat
dari batu kali kini telah diganti dengan marmer dari Italia. Pesona
dari Masjid Gedhe Kauman terletak pada beberapa keunikan salah satunya
pemasangan batu kali putih pada dinding masjid tidak menggunakan semen
dan unsure perekat lain, serta penggunaan kayu jati utuh yang telah
berusia 200 tahun lebih sebagai penumpang bangunan masjid tersebut.
“Kalau sering ke Yogyakarta, pasti
enggak asing sama kawasan Kotagede yang pas untuk berwisata religi,” ucap traveler.
paket wisata dan guide Yogyakarta WA 081904169982 / SMS 08156504380
Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura
yang berbentuk paduraksa. Persis di bagian depan gapura, akan ditemui
sebuah tembok berbentuk huruf L. Bentuk paduraksa dan tembok L itu
adalah wujud toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun
masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha. Sebelum memasuki
kompleks masjid, akan ditemui sebuah pohon beringin yang konon usianya
sudah ratusan tahun. Pohon itu tumbuh di lokasi yang kini dimanfaatkan
untuk tempat parkir. Karena usianya yang tua, penduduk setempat
menamainya "Wringin Sepuh" dan menganggapnya mendatangkan berkah.
Keinginan seseorang, menurut cerita, akan terpenuhi bila mau bertapa di
bawah pohon tersebut hingga mendapatkan dua lembar daun jatuh, satu
tertelungkup dan satu lagi terentang.
Berjalan mendekat ke arah kompleks masjid, akan ditemui sebuah gapura
yang berbentuk paduraksa. Persis di bagian depan gapura, akan ditemui
sebuah tembok berbentuk huruf L. Pada tembok itu terpahat beberapa
gambar yang merupakan lambang kerajaan. Bentuk paduraksa dan tembok L
itu adalah wujud toleransi Sultan Agung pada warga yang ikut membangun
masjid yang masih memeluk agama Hindu dan Budha. Memasuki halaman
masjid, akan ditemui sebuah prasasti yang berwarna hijau.
Prasasti
bertinggi 3 meter itu merupakan pertanda bahwa Paku Buwono pernah
merenovasi masjid ini. Bagian dasar prasasti berbentuk bujur sangkar dan
di bagian puncaknya terdapat mahkota lambang Kasunanan surakarta.
INFO GUIDE WISATA JOGJA : WA 081904169982
Adanya prasasti itu membuktikan bahwa masjid Kotagede mengalami dua
tahap pembangunan. Tahap pertama yang dibangun pada masa Sultan Agung
hanya merupakan bangunan inti masjid yang berukuran kecil.
Karena
kecilnya, masjid itu dulunya disebut Langgar. Bangunan kedua dibangun
oleh raja Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.
Perbedaan bagian masjid
yang dibangun oleh Sultan Agung dan Paku Buwono X ada pada tiangnya.
Bagian yang dibangun Sultan agung tiangnya berbahan kayu sedangkan yang
dibangun Paku Buwono tiangnya berbahan besi.
Kalau datang ke kawasan ini
biasanya turis banyak berziarah ke makam raja yang mudah dijumpai.
Rupanya, kawasan ini dulunya bekas
ibu kota kerajaan. Di sana juga terdapat masjid kuno yang dibangun sekitar
1640. Itulah Masjid Kota Gede yang diklaim usianya lebih tua dari Masjid Kauman
milik keraton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar